In typical engineering educations, the idea of technological appropriateness is only learned in as part of a specific learning subject, which results in a siloed understanding. On the other hand, liberal arts deliver unique ways to learn something through subjects that have an indirect or almost no relationship with it. It gives an opportunity in which the abstract meanings of appropriateness might be learned based on interconnected understandings. This article aims to discover the opportunity to learn Appropriate Technology from the perspective of liberal arts. It is useful for engineering educators to deliver a wider coverage in understanding technological appropriateness without giving excessive numbers of specific subjects to students.
Education
Educational notes written by Corinthias P.M. Sianipar, based on the concept for sharing his educational thinking with wide audience, including researchers, practitioners, or silent readers.
Belanda mengelola pendidikan secara professional sehingga berhasil menempatkan sedikitnya 7 universitas dalam peringkat 100 universitas terbaik dunia di masing-masing bidang kajian ilmu, dan 12 universitas dalam peringkat 200 besar. Disana, pemerintah, dunia usaha, dan universitas saling bekerja sama dan berkolaborasi untuk menyediakan dan menyerap sumber daya manusia yang andal dalam menghadapi persaingan pada tingkat komunitas global (global community). Belanda banyak menyediakan pusat-pusat riset dan institusi pendidikan berskala internasional untuk memberi kesempatan menghasilkan para ahli di bidang teknologi dan ilmu baru yang dapat berguna bagi masyarakat global (global society).
“…bahkan daun yang melambaipun dapat kita mengerti dengan Matematika…”. Ada celah yang cukup membahayakan mengiringi kalimat tersebut. Celah tersebut memberikan jalan pemahaman yang melenceng dari kaidah (konflik), padahal si pelaku tidak merasakan hal itu. Konflik Matematika merupakan sebuah hasil dari pengejaran atas pemahaman terhadap konsep dasar Matematika yang setengah-setengah. Jadi cuplikan-cuplikan konsep yang mengendap di dalam otak tersebut saling mempengaruhi sehingga memunculkan “pemahaman baru” yang malah melenceng dari jalur konsep yang sesungguhnya.